ASHA – Tragedi Stadion Kanjuruhan membuat pendukung PSMS Medan ikut bersuara. Mereka mendesak Mochamad Iriawan atau yang biasa disapa Iwan Bule mundur dari jabatannya sebagai Ketua Umum PSSI.
Tragedi Stadion Kanjuruhan pecah usai laga Arema FC vs Persebaya Surabaya menelan 131 korban jiwa.
PSSI dianggap oleh suporter PSMS Medan sebagai pihak yang harus bertanggung jawan.
Ketua Umum PSMS Fans Club (PFC), Hendra M Sihaloho menilai sudah jelas ada aturan FIFA dan tertuang pada Bab III tentang stewards.
Dalam pasal 19 ditekankan soal steward di pinggir lapangan.
Disitu juga jelas ditulis; dilarang membawa atau menggunakan senjata api atau gas pengendali massa atau gas air mata.
"Ketua umum PSSI dicopot aja atau berhenti dan mundur lah. Kan kita malu, FIFA mengomong PSSI untuk pengamanan pakai gas air mata," ucap Hendra kepada VIVA, Minggu sore, 2 Oktober 2022.
Akibat Gas Air Mata
"Karena, gas air mata membuat banyak yang meninggal dunia itu. Kita bisa pastikan itu, gas air mata buat pedih mata dan bernafas susah.
Jadi, ada keteledoran antara Ketua PSSI dan kepolisian sebagai pengaman," sebut Hendra.
Hendra menggambarkan fakta yang terjadi dalam pengamanan jalan pertandingan sepakbola.
Dia setiap menyaksikan langsung setiap laga PSMS Medan pihak kepolisian sudah mempersiapkan gas air mata dalam pengamanan tersebut.
Begitu juga, Hendra menuturkan saat terjadi kerusuhan saat PSPS vs PSMS di Stadion Utama, Pekan Baru Riau, beberapa waktu lalu.
Polisi juga menggunakan gas air mata untuk merendam emosi suporter PSPS.
Yang tim tuan rumah kalah 3-4 dari ayam kinantan.
"Makanya, kita minta itu Ketua Umum PSSI itu, baca agar tidak salah memahami biar bisa kordinasi Polri dengan baik.
Bisa disampaikan poin-poin aturan FIFA dalam bentuk pengamanan dalam stadion," ujar Hendra.
Hendra mengungkapkan kenapa FIFA membuat aturan pengamanan tidak boleh menggunakan senjata api dan gas air mata.
Karena, FIFA sudah tahu akibat dan dampak gas air mata dan senjata api.
Bakalan banyak korban meninggal dan luka-luka di stadion.
Bila terjadi kerusuhan saat melakukan pengamanan.
"Kalau ditembak gas air mata dan senjata api, sudah terjadi kepanikan.
Polisi juga jangan represif dalam stadion.
Karena, polisi itu hasil tembak aja gas air mata itu secara membabi buta.
Kita minta diperiksa siapa menembak gas air mata itu. Jadi, banyak korban," kata Hendra.
PSSI Tak Paham Standar Pengamanan
Hendra mengkritik kepempimpinan Iwan Bule sapaan akrab Ketum PSSI. Yang tidak memahami aturan dan standar pengamanan. Imbasnya, kepada dunia sepakbola di tanah air ini mendapat hukuman dari FIFA.
"Apa lagi, terancam 8 tahun tidak menggelar kompetisi. Gara-gara satu orang (Ketum PSSI) tidak memahami atau membaca aturan FIFA.
Jadi, semuanya dan seluruh Indonesia kena imbasnya," ujar Hendra.
Atas kejadian ini, suporter PSMS Medan, PSMS Medan Club, SMECK dan Kampak akan gelar 1000 lilin di Kota Medan, Sumatera Utara.
Untuk mengenang peristiwa maut di Stadion Kanjuruhan.
Oleh : Riki Ilham Rafles, B.S. Putra (Medan)