Lawan dari perilaku takabur yakni tawaduk, yang berarti rendah hati.
Allah melarang manusia untuk sombong. Hal itu berdasarkan firman Allah dalam Surat Luqman ayat 18:
وَلَا تُصَعِّرْ خَدَّكَ لِلنَّاسِ وَلَا تَمْشِ فِى الْاَرْضِ مَرَحًاۗ اِنَّ اللّٰهَ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُوْرٍۚ - ١٨
"Dan janganlah kamu memalingkan wajah dari manusia (karena sombong) dan janganlah berjalan di bumi dengan angkuh. Sungguh, Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membanggakan diri."
(QS Luqman ayat 18).
Berikut tentang Takabur:
1. Jenis Takabur
Dalam buku Be Smart Pendidikan Agama Islam (PAI) oleh Tuti Yustiani, takabur secara umum terbagi menjadi dua:
a. Takabur Batin
Takabur batin adalah sifat dalam jiwa yang tidak terlihat dan melehat dalam hati. Seperti sifat merasa besar dan lebih pandai.
b. Takabur Lahir
Takabur lahir adalah perbuatan dan tingkah laku yang dapat dilihat seperti merendahkan atau menyepelekan orang lain. Takabur lahir sebenarnya merupakan perwujudan dari takabur batin.
2. Ciri-ciri Takabur
Ciri-ciri takabur adalah suka memuji diri sendiri, meremahkan orang lain, mencela, atau menghina orang. Selain itu suka membesar-besarkan kesalahan orang lain meski hanya kesalahan sepele.
Takabur merupakan salah satu sikap tercela, terlarang, dan harus dihindari. Pelakunya akan rugi di dunia dan akhirat.
Seseorang yang takabur tidak akan menyadari kekurangan yang dimilikinya. Hal itu dapat merusak pergaulan dengan sesama. Selain itu takabur dapat menghalangi seseorang masuk surga.
Sebab takabur akan menghalangi seseorang dengan sifat orang-orang mukmin. Dia tidak sanggup tawadhu, tidak meninggalkan dengki, iri, dan benci serta tidak mampu menahan amarah dan menerima nasihat, tidak mau menghentikan penghinaan dan pelecehan terhadap orang lain.
Tidak ada makhluk yang hina melainkan memang dia akan mencari-cari kehinaan itu. Di antara keburukan takabur adalah perasaan tidak mau mencari ilmu, tidak perlu menerima kebenaran dan tidak perlu tunduk kepada kebenaran.
Bisa saja pengetahuan didapatkan orang yang sombong. Tapi dia tetap tidak mau tunduk kepada kebenaran.
Hal ini sesuai Firman Allah Surat An Naml ayat 14:
وَجَحَدُوْا بِهَا وَاسْتَيْقَنَتْهَآ اَنْفُسُهُمْ ظُلْمًا وَّعُلُوًّاۗ فَانْظُرْ كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الْمُفْسِدِيْنَ ࣖ - ١٤
"Dan mereka mengingkarinya karena kezaliman dan kesombongannya, padahal hati mereka meyakini (kebenaran)nya. Maka perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang berbuat kerusakan."
Sudahkah sahabat hikmah meninggalkan sikap takabur?